Banyak cerita yang telah aku lalui sehingga aku bisa membuat karya-karya ini.
namun, tak sedikit pula karya yang aku buat untuk diriku sendiri di masa mendatang
Akupun Gumun, Koq bisa??
terus ikuti alur bersama saya...
di postingan berikutnya
Embun pagi
Kurasa kau telah memberiku obat jiwa
Setelah sehari aku terpanggang matahari
Kau siramiku dengan lembutnya
Kau bangunkanku dari kelayuan
Embun pagi
Kau begitu menyejukkan jiwa
Bagaikan air di gurun pasir
Menghilangkan dahaga para mushafir
Namun, memang kau benar-benar obat
Obat yang menjadi racun bila terlalu banyak
Racun yang telah menggugurkan daun-daunku
Cinta yang ku berikan kepadamu
Tak begitu berarti
Bertepuk sebelah tangan
Embun pagi,
Setiap hari kau datang menjengukku
Entah apa yang kau lakukan
Menenangkanku dengan lembutmu
Atau
Kau malah menertawakanku
Tertawa karena ku telah berharap banyak padamu
Aku sangat terpesona dengan kelembutanmu
Kesejukanmu yang selalu ada setiap pagi
Ya , walau hanya setiap pagi
Namun, itu sudah bisa menyegarkanku dari panasnya mentari
Tapi, aku juga sangat sedih
Sedih ketika kau harus pergi
Cinta yang ku tanam berakhir duka
Kau tak banyak beri perhatian padaku
Selalu datang dan pergi
Embun pagi kini kau datang lagi
Setelah sehari penuh kumenunggumu
Menunggu belaian lembutmu
Tapi mengapa kau harus berlalu,
Meninggalkanku lagi?
Akankah aku hanya sebagai dermagamu saja?
Apakah kau mempermainkanku?
Mungkinkah aku hanya sebagai tempat bersandarmu?
Ya, tempat bersandar disaat kau lelah
Lelah mencari jalan
Jalan keluar
Rintikan embun pagi basahi dedaunan
Jernih, Bersih, Suci
Berkilau karena sinar mentari pagi
Warna pelangi pun mulai muncul disisimu
Namun kau harus jatuh
Kotor
Tiada lagi tanpa jejak
Dedaunan menahan tangis kehilangan
Menunggu esok pagi yang tak tentu ada
Angin malam menerpa jiwa
Dingin hati mulai terasa
Aku si bunga layu
Berserakan diterpa angin
Ku coba mengumpulkan puing-puing hati
Merangkai hari demi hari
Aku si kapal di tengah laut
Bergoyang, terombang-ambing dihajar ombak
Kau datang saat ku terluka
Kau balut semua dengan obat jiwa
Kau terangiku dengan keridhoan
Kau siramiku dengan kasih sayang
Kini ku mulai berdiri tegak di atas matahari
Menyongsong hari bersama datangnya musim semi
Daun yang telah gugur mulai mengembang
Obat jiwa penyejuk hati
Bungaku
Kau bersihkanku dari noda
Kau angkat aku dari kotornya lumpur
Kau balut aku dengan senyum
Kau bangkitkanku dengan semangat
Tapi mengapa hanya sesaat?
Setelah kau dapatkan semua
Kau buang aku ke dalam jurang yang lebih dalam
Kini aku tertatih menyelesaikan hidup
Bukan karenamu, tapi kebodohanku
Kau buat aku seperti keledai
Kau manja untuk kau hancurkan
Aku telah salah menilaimu
Ku kira kau bunga teratai
Walau kau mahal tetap saja kau bunga bangkai
Embun pagiku
Kau tampak lain hari ini
Kau seperti bukan dirimu yang dulu
Kau yang lembut dengan airmu
Kini kau hadir dalam lain
Kini kau memiliki kelopak
Berwarna cerah, dan sedikit berduri
Kini kau hadir dengan wangimu
Aku tak tahu apa yang terjadi
Cintaisme atau Darwinisme
Aku tak tahu apa yang akan kau lakukan
Kau semangatiku dengan lembutmu atau dengan wangimu
Namun kau harus tahu
Kau kan selalu ada dihatiku
Untaian kata selalu kuberikan
Rangkaian kata selalu kutuliskan
Tapi mengapa berlalu begitu saja?
Cinta suci kuberikan
Serbuk sari tak pernah kulupakan
Sejuk hati selalu kudamaikan
Tapi mengapa tetap kau tinggalkan?
Angin memang berhembus kencang
Badai takkan terelakan
Kapal sangat goyah dilautan
Haruskah terpecahkan karang?
Aku tersasat dalam hidupku sendiri
Sampai tak tahu apapun lagi
Hidupku seperti anai-anai yang bertebaran
Kesana kemari tanpa arah
Tempat terang kudatangi
Namu, sesaat kemudian gelap
Terus kucoba mencari
Tapi sayapku telah lelah
Aku harus berhenti
Akankah harus ditempat ini?
Aku termenung dalam kesunyian
Terfikirkan tentang cerita hidup
Hidup seperti bunga layu
Rapuh, berserakan tertiup angin
Kukerahkan sekuat tenaga
Mengumpulkan puing-puing yang jatuh
Tapi aku makin terperosok
Desiran angin terlalu menusuk
Aku mencoba tegar sekuat tenaga
Berdiri tegak di atas matahari
Tapi semua menjadi tak berarti
Ombak besar terus menghantamku
Semua telah kulakukan
Namun, semua pun gagal
Kini aku menyerah
Biarkan aku menjadi sampah
Angin bawalah serbuk sariku padanya
Bunga mawar putih dipojok taman itu
Wanginya membuatku terpesona
Sungguh hanya dia yang kupuja
Angin sampaikanlah padanya
Semua yang telah aku amanahkan
Ingat! Dengan desiran yang lembut
Kencangnya anginmu akan membuat dia jatuh
Angin telah kau sampaikankah serbuk sariku?
Kepada bunga mawar putih dipojok taman itu
Kau tak lupa menyampaikannya kan?
Angin bantulah aku
Dia sangat jauh untuk langsung ku raih
Sampaikanlah serbuk sari
Pada bunga mawar putih dipojok taman itu
Angin malam terasa menusuk jantungku
Membuyarkan semua anganku
Semua angan tentang keindahan bersamamu
Angin malam pun telah membawa anganku
Entah kemana
Aku adalah daun yang baru tumbuh
Tapi, mengapa aku harus gugur?
Padahal masih banyak daun tua yang menunggu
Sudahlah ini hanyalah hidup
Kucoba mengumpulkan semua angan-anganku
Namun, aku tak tahu apa yang harus aku fikirkan
Tentang keindahanku bersamamu?
Atau tentang kebencianku?
Aku harus berhenti berangan
Aku tahu mengapa harus jatuh dari rantingmu
Jatuh saat muda membuatku menjadi pupuk
Pupuk yang bisa membuat kau subur
Teratai menari mendesah
Bambu Mengalun nyanyian surga
Air Mengetuk membasah
sementara kesepian bergolak menyapa
Ku cari kekuatan dalam belantara
Yang mengukir sukma dengan kerinduan
Diam mematung merindu sang pelipur lara
Sosok digma yang tersenyum mengobati kehampaan
Aku dambakan ke hangatan
Yang mengisi kekosongan
Dan kini Aku temukan
Seribu Irama sepi yang meramaikan
Dan kini ku dapatkan dia
Ku rasa bahagia
Enyah ini hampa
Pergi ini sepi yang menyiksa dada…
Labels
- Aku Angan dan Angin (1)
- Aneh (1)
- BUNGA BANGKAI (1)
- Cintaisme atau Darwinisme (1)
- Hilang Tanpa Jejak (1)
- Hujan (1)
- Kembali Pergi (1)
- Kisah Tikus (1)
- Leutika Menjamah Mimpi (1)
- Malam (1)
- Mawar Putih Dipojok Taman Itu (1)
- Obat Jiwa (1)
- Obat Jiwa Racun Juga (1)
- Resensi Gara-Gara Facebook (1)
- Sampah (1)
- Sebatas Mimpi (1)
- Selalu Datang (1)
- Selalu Pergi (1)
- Sosok Impian (1)
- tempat gelap (1)
- Tentang Puisi KU (1)
- Terjadi Karena Alasan (1)
- Tetap Kau Tinggalkan (1)
- Wanita Di Sudut Ruangan (1)